Resume
Chapter
3: Understanding Why Children Misbehave
Principles
of Classroom Management. Second Edition. A Professional Decision Making. (Levin
& Nolan, 1991)
Bagian ini akan membahas
poin-poin penting mengenai beberapa sifat dasar dari permasalahan disiplin yang
mencakup:
1. Memahami
perubahan sosial yang mempengaruhi perilaku anak
2. Mengetahui
kebutuhan siswa
3. Memahami
perubahan perkembangan dan perilaku yang menyertainya
4. Mengetahui
pentingnya kompetensi intruksional
Adapun prinsip pengelolaan kelas
antara lain:
1. Guru
sebaiknya menyadari kemungkinan munculnya perilaku keliru pada siswa karena
kurang memberikan positive reinforcement dan sering memberikan negative reinforcement.
2. Kebutuhan
dasar manusia seperti makanan, keamanan, keterlibatan/keikutsertaan. Merupakan
prasyarat untuk menunjang perilaku yang sesuai di dalam kelas.
3. Siswa
perlu dianggap penting, kompeten, dan diberikan kekuatan yang akan mempengaruhi
perilaku mereka
4. Perubahan
sosial yang terjadi diluar kendali sekolah menyebabkan pengaruh yang besar
terhadap perilaku siswa
5. Perubahan
perkembangan kognitif dan moral mengakibatkan perilaku siswa yang awalnya
normal menjadi siswa yang suka mengganggu dilingkungan sekolah
6. Kompetensi
instruksional dapat mengurangi efek negatif dari pengaruh luar serta mencegah
perilaku menyimpang/keliru yang terjadi sebagai akibat dari kurangnya instruksi
yang diberikan atau disampaikan.
1. Perubahan Sosial
Sekolah merupakan bagian kecil dari masyarakat. Oleh karena itu permasalahan yang terjadi di sekolah khususnya mengenai kedisiplinan juga merupakan refleksi permasalahan yang terjadi pada masyarakat umum.
Guru dan siswa mengalami hal yang disebut dengan “ledakan pengetahuan” yang dapat mengakibatkan munculnya rasa frustasi bagi keduanya dan menganggap bahwa banyak kurikulum di sekolah tidak lagi sesuai dengan perkembangan saat ini.
Frustasi merupakan reaksi alami ketika siswa diharapkan untuk belajar lebih banyak dalam jangka waktu yang lebih pendek tanpa memperhatikan dan menyesuaikan metode pembelajaran apa yang cocok diberikan kepada mereka. Menggunakan metode pembelajaran model tradisional yang digunakan untuk siswa saat ini membuat mereka menjadi bosan atau jenuh dengan pelajaran sehingga mereka tidak tertarik untuk belajar. Tentunya metode tradisional yang mungkin saja pernah digunakan oleh orangtua mereka terdahulu sudah tidak dapat lagi diberikan kepada siswa sekarang ini, karena secara signifikan mereka berada di zaman yang jauh berbeda dengan orangtua mereka.
Guru juga sering memberi label kepada siswanya hanya karena kurangnya motivasi mereka dalam belajar. Padahal yang terjadi adalah guru kurang mampu untuk melibatkan siswa dalam berafiliasi dengan kegiatan di dalam kelas sehingga mengakibatkan siswa mengalami kebosanan, munculnya off-task behavior dan disruptive behavior.
Televisi dan Kekerasan
Beberapa hasil studi yang concern kepada kekerasan mengatakan bahwa televisi memiliki efek yang yang cukup besar dalam memberikan gambaran kekerasan kepada anak. National Institute of Mental Health pada tahun 1982 melaporkan bahwa: Hubungan televisi dan perilaku antara lain: 1) Hasil penelitian mendukung bahwa adanya hubungan sebab akibat antara kekerasan pada tayangan televisi dan perilaku agresif; 2) ada konsensus diantara para peneliti bahwa kekerasan di televisi mengarah ke perilaku agresif; 3) meskipun hanya sedikit variasi selama dekade terakhir, secara konsisten jumlah kekerasan di televisi tetap pada tingkat tertinggi; 4) televisi mempengaruhi perilaku orang yang melihatnya menjadi lebih takut dan kurang percaya terhadap orang lain.
2. Kegagalan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak
Pendidik telah lama mengetahui bahwa kehidupan atau keseharian anak di rumah dapat mempengaruhi perilaku mereka dilingkungan sekolah. Seperti halnya dikatakan oleh Maslow (1968) bahwa manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat atau bertahap antara lain:
1) Kebutuhan fisiologis seperti: lapar, haus dan bernafas
2) Kebutuhan akan rasa aman, seperti; perlindungan, keamanan
3) Kebutuhan sosial, seperti; kebutuhan diterima kelompok, kasih sayang/afeksi (kebutuhan untuk merasa dicintai dan disayangi)
4) Penghargaan, seperti; kebutuhan dihargai orang lain, pengakuan, status
5) Aktualisasi diri, seperti; pengembangan diri dengan menggunakan bakat dan potensinya
Studi longitudinal yang dilakukan oleh Feldhusen, Thuroton & Benning (1973) kepada siswa tingkat ke-3, ke-6 dan ke-9 mengatakan bahwa hal penting yang mempengaruhi perilaku siswa di sekolah ialah lingkungan rumah atau tempat tinggal mereka. Perilaku mengganggu pada siswa secara terus menerus disebabkan oleh beberapa faktor dari keluarga, antara lain:
1) Pengawasan dan disiplin orangtua yang tidak memadai, terlalu longgar atau terlalu ketat bahkan tidak menentu
2) Orangtua yang cuek atau acuh tak acuh bahkan memusuhi anak. Jika mereka tidak setuju banyak hal dengan anak maka mereka langsung memarahi bahkan memberikan hukuman fisik
3) Keluarga hanya difungsikan sebagian unit saja. Hubungan antara suami dan istri tidak memiliki kedekatan dan bekerjasama satu dan lainnya
4) Orangtua merasa sulit untuk mendiskusikan kekhawatiran mereka yang berhubungan dengan perilaku anak dan menganggap bahkan percaya bahwa mereka hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap perilaku anak. Orangtua percaya bahwa anak-anak lain yang berada diluarlah yang memberikan pengaruh buruk terhadap anak mereka.
Lingkungan Sekolah
a) Kebutuhan Fisiologis
Siswa berada di sekolah untuk belajar. Mereka terus menerus diminta untuk menunjukkan pemahaman dan keterampilan baru yang mereka peroleh. Pada dasarnya sekolah sedang membantu siswa untuk menuju pada proses aktualisasi diri (Teori Maslow). Ketika siswa berhasil menunjukkan pemahaman dan keterampilan yang baru, biasanya mereka akan memperoleh reinforcemet ekstrinsik dan instrinsik, yang mengarah pada pengembangan diri dan harga diri siswa. Positive self-esteem akan lebih memotivasi siswa untuk belajar, yang mengakibatkan perkembangan yang lebih lanjut sebagai upaya untuk mencapai aktualisasi diri. Self-esteem, learning and self-actualization merupakan siklus yang berkesinambungan, hanya saja jika sekolah menciptakan lingkungan dimana tingkat kebutuhan fisiologis, keamanan, kasih sayang saling bertemu. Pemeuhan kebutuhan fisiologis merupakan dasar kebutuhan yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa dalam pembelajaran.
b) Kebutuhan Kemanan dan Keselamatan
Yakni kebutuhan
siswa untuk merasa aman dan selamat ketika berada di sekolah. Beberapa siswa di
sekolah terkadang mengalami kejadian yang membahayakan seperti diserang,
diancam atau dirampok. Adajuga siswa yang terkadang mengalami kecemasan ketika
berjalan ke dan dari sekolah, pergi ke kelas atau pergantian kelas. Apabila
siswa merasa tidak aman tentang keselamatan mereka di sekolah, maka ini akan
berakibat pada perilaku belajar siswa di sekolah juga.
c) Kebutuhan akan Perasaan Cinta dan Keterlibatan
Iklim kelas yang
baik sangat mendukung dalam optimalisasi belajar siswa. Seorang guru harus bisa
mengupayakan iklim kelas yang mendukung, baik melalui perilaku verbal atau non
verbal. Beberapa komponen agar tercipta iklim kelas yang kondusif diantaranya adalah
adanya trust, respect, dan caring
antara guru dan siswa.
Agar siswa dapat
belajar secara efektif maka siswa harus berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Pada umumnya siswa hanya terlibat dalam kegiatan kelas apabila
mereka merasa aman secara psikologis dari gangguan rasa tidak percaya diri.
Komentar guru sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri dan motivasi belajar
siswa, sikap dan komentar guru yang tidak tepat akan menyebabkan perilaku off-task pada siswa.
Anak-anak
Mengharapkan Pengakuan Sosial dan Harga Diri
d)
Kebutuhan akan Pengakuan
Sosial
Manusia adalah
makhluk sosial yang mengharapkan pengakuan dan penerimaan. Perilaku manusia pada umumnya ditujukan untuk
mencapai tujuannya yakni pengakuan dan penerimaan. Perilaku yang menyimpang mencerminkan
keyakinan yang salah bahwa perilaku tersebut adalah satu-satunya cara untuk
menerima pengakuan dari orang lain. Dreikurs, Grundwald and Pepper (1982) mengidentifikasi empat tujuan yang
salah tentang perilaku yang mengganggu, yakni:
1) Attention Getting (Mencari
perhatian)
2) Power Seeking (Mencari
kekuasaan)
3) Revenge Seeking
(Balas dendam)
4) Inadequacy (menunjukkan
ketidakmampuan)
Siswa yang
merasa tidak mendapatkan pengakuan atau penerimaan di kelas pada umumnya akan
menjadi pengacau di kelas. Mereka berusaha mendapatkan perhatian dengan
berbagai cara, dan terkadang membuat beberapa guru menjadi jengkel. Apabila
guru menegur atau meresponnya maka siswa akan menghentikan perilaku tersebut
sementara. Namun apabila perilaku mencari perhatian ini tidak memberikan hasil
yang diharapkan, maka siswa akan beralih pada tujuan lain yakni berusaha
mendapatkan kekuasaan di kelas.
Siswa yang
berusaha mendapatkan kekuasaan pada umumnya meyakini bahwa tidak ada seorangpun
yang dapat memaksanya melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan. Dengan
perilaku melawan guru, siswa merasa mendapatkan pengakuan dari teman-temannya.
Guru sebaiknya tidak masuk dalam perebutan kekuasaan ini, karena hanya akan
membuat siswa semakin menang dengan berhasil membuat gurunya menjadi jengkel,
berdebat ataupun marah. Sekalipun guru yang menang, hasilnya tetap akan buruk
karena hal ini memperkuat keyakinan siswa bahwa kekuasaan itu penting. Pada
umumnya siswa yang merasa kalah dalam perebutan kekuasaan akan beralih pada
tujuan salah berikutnya yakni balas dendam.
Siswa yang
merasa kalah berusaha untuk membuat orang yang mengalahkannya atau orang lain
merasakan hal yang sama. Siswa yang orientasinya adalah balas dendam tentu
perilakunya akan semakin buruk dan semakin tidak disukai. Hal ini tentu semakin
menyakiti harga dirinya. Pada akhirnya siswa tersebut akan merasa putus asa dan
memilih menarik dari.Akhirnya siswa tersebut akan masuk dalam tujuan salah
berikutnya yakni merasa tidak berdaya. Kondisi demikian membuat siswa semakin
sulit untuk dimotivasi. Siswa tersebut tidak akan mau terlibat aktif dalam
kegiatan belajar di kelas karena dia merasa tidak mampu dan putus asa.
e) Self Esteem (Harga Diri)
Tanpa perasaan
positif dari self esteem, anak-anak
rentan terhadap berbagai masalah sosial, psikologis, dan masalah belajar. Stanley Coopersmith
(1967) berpendapat bahwa self esteem
memiliki 4 komponen yakni:
1. Signifikan.
Perasaan untuk menjadi penting.
2. Kompetensi.
Perasaan lebih mampu dibanding teman sebayanya.
3. Power.
Perasaan mampu untuk mengontrol lingkungannya.
4. Virtue/kebajikan.
Perasaan bahwa dia mempu berbuat baik untuk orang lain.
Self esteem
adalah kebutuhan dasar yang terus diupayakan individu untuk dipenuhi. Oleh
karena itu, jika keluarga, sekolah, atau komunitas gagal untuk memberikan kesempatan agi siswa
untuk mengalami 4 komponen self esteem
tersebut, maka mereka akan mengekspresikannya dalam cara negatif. KonsepSelf Esteemdalam formula matematis dapat
memberikan penjelasan mengapa siswa memilih untuk menjadi pengacau.
Self Esteem= Significance + Competence+ Power + Virtue
|
Siswa yang
memiliki perilaku mengganggu yang parah pada umumnya memiliki tingkat harga
diri yang rendah. Signifikansi mereka menjadi rendah karena pada umumnya mereka
tidak disukai dan diterima oleh teman-temannya, guru, bahkan orangtuanya
sendiri. Tingkat kompetensi mereka juga rendah karena jarang mendapatkan
capaian akademis yang baik. Kemudian karena mereka jarang berinteraksi dengan
temannya dan jarang dipilih atau dimintai tolong oleh guru maka tingkat
kebajikan (virtue) mereka menjadi
rendah. Hanya tersisa komponen power. Karena itu dalam situasi siswa merasa self esteemnya terancam maka dia akan
memakai power untuk mempertahankan self esteemnya. Hal ini biasanya dilakukan
dengancara-cara negatif yakni melawan guru. dengan perilaku tersebut si anak
merasa mendapat pengakuan dari temannya.
3.
Keterkaitan
Tahapan Perkembangan Kognitif dan Moral dengan Perilaku Umum
Pemahaman akan
tahapan-tahapan ini memungkinkan guru untuk memahami pola perilaku siswa dengan
lebih baik.Pada Tabel 1 akan dijabarkan keterkaitan antara konsep perkembangan
kognitif Piaget dan perkembangan moral Kolhberg dengan perilaku umum.
4. Instructional Competence (Kemampuan Guru dalam Mengajar)
Beberapa
permasalahan siswa berada diluar kendali guru, namun beberapa masalah di kelas
dapat dikendalikan oleh guru. Kemampuan guru dalam membawakan pembelajaran
di kelas sangat berperan dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk belajar.
Dengan memiliki kemampuan berkomunikasi atau menjelaskan maka guru tersebut
membantu siswa dalam memahami materi. Guru yang memiliki skill mengajar yang baik (kompeten)
akan lebih disegani oleh siswa. Dengan kata lain guru yang dihormati adalah
guru yang mampu membuat siswanya paham dengan materi yang dibawakannya sehingga
menimbulkan semangat belajar, mengurangi
kejenuhan dan memberikan
kesenangan tersendiri bagi siswanya dalam belajar di
kelas.
Tabel 1. Keterkaitan Perkembangan
Kognitif dan Moral dengan Perilaku secara umum
Perkembangan Kognitif
|
Kemampuan Kognitif
|
Perkembangan Moral
|
Penalaran Moral
|
Perilaku Umum
|
Sensorimotor (0-2)
Praoperasional (2-7)
Operasional Konkret
(7-12)
Operasional Formal
(12- )
|
-Menggunakan
panca indera untuk mengeksplor
lingkungan
|
|||
-Egosentris
-Kepekaan
mereka terhadap ruang dan waktu terbatas pada durasi yang pendek & dekat
-Impulsif
-Sulit untuk
membuat perencanaan
|
Hukuman dan Kepatuhan
(4-6)
|
-Bertindak
berdasarkan hasil,
-Kurang
memperhatikan niat seseorang,
-Egosentris
|
-Kurangnya
perhatian
-Sulit untuk
berbagi
-Mudah
frustrasi
-Banyak bicara
|
|
-Sullit
berfikir tentang fikiran
-Sering tidak
mengecek kesimpulan
-Tidak sadar
& tidak peduli dengan inkonsistensiannya
|
Pertukaran rasa
(6-9)
|
-Bertindak
berdasarkan hubungan timbal balik
-Kebutuhan
dirinya adalah yang utama
-Mulai
mempetimbangkan niat
|
-Membentuk
geng
-Perilaku
mencari perhatian
-Merasa tahu
segalanya
-Mengucilkan
teman
-Kurang bisa
fokus dalam diskusi
|
|
Pribadi yang baik (10-15)
|
-Konformitas
|
|||
-Mampu
berfikir tentang fikiran
-Mampu
menggunakan keterampilan berfikir kritis
-Dapat
mempertimbangkan motif saat ini, dulu, dan yang akan datang, yang abstrak dan
yang pasti
|
Hukum & ketertiban
(15-18)
|
-bertindak dengan
sangat mempertimbangkan hukum
-Mengakui
motif & konsekuensi
|
-Inkonsistensi
antara perilaku dan peraturan
-Tertantang
dengan aturan
-Argumentatif
-Mempertanyakan
alasan dari suatu aturan
-Tidak begitu
saja menerima otoritas orang lain
|
|
Kontrak sosial (18-20)
|
-Bertindak
atas dasar hak individu & prinsip demokrasi
|
|||
Prinsip universal
|
-Bertindak
atas dasar respek terhadap nilai
kemanusiaan
|